BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah kunci utama dalam setiap masalah alam yang dikeluhkan saat
ini, karena hutan adalah titik keseimbangan bumi. Banyak sekali hutan-hutan
rusak akibat kesengajaan yang diperbuat oleh manusia ataupun karena gejala
alam, sehingga fungsi hutan hilang dan terjadilah longsor, banjir dimana-mana,
panas yang menyengat, polusi udara dan bencana alam lainnya. Salah satu
penyebab keruakan tersebut adalah pembakaran hutan. Fungsi hutan sebagai
penghasil oksigen berubah menjadi penghasil karbondioksida terbesar dan sebagai
pembawa penyakit pernapasan yang meresahkan masyarakat sekitar serta hilangnya fungsi hutan sebagai penjaga
habitat-habitat yang hidup di hutan.
Tiga komponen diperlukan bagi api agar dapat menyala dan mengalami proses
pembakaran. Pertama, harus tersedia bahan bakar yang dapat terbakar. Selain
itu, panas yang cukup, yang dapat digunakan untuk menaikkan temperatur bahan
bakar hingga ke titik penyalaan. Dan akhirnya, harus terdapat pula cukup udara
untuk menyuplai oksigen yang diperlukan. Oksigen diperlukan untuk menjaga
proses pembakaran agar tetap berjalan dan untuk mempertahankan suplai panas
yang cukup sehingga memungkinkan terjadinya penyalaan bahan bakar yang sulit
terbakar.
Ketiga unsur itu, yaitu bahan bakar, panas, dan oksigen, yang
memungkinkan timbulnya api disebut dengan segitiga api (fire triangle). Api tersebut hanya dapat terjadi bila ketiga
komponen berada pada saat yang bersamaan, jika tidak tak akan ada api sama
sekali. Untuk itu, prinsip dasar dalam usaha pencegahan atau pengendalian
terjadinya kebakaran hutan dilakukan dengan cara memutuskan salah satu dari
ketiga komponen tersebut. Hal yang umum dilakukan adalah dengan cara mengurangi
peran komponen bahan bakar dan panas yang dapat dilakukan dengan berbagai macam
teknik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, oksigen, yang termasuk dalam segitiga
api, sangat besar pengaruhnya dalam kebakaran hutan. Oleh karena itu perlu
dikaji lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh atau peranan oksigen dalam
kebakaran yang terjadi di suatu hutan. Hal tersebut dilakukan agar pengaruhnya
dapat diantisipasi saat kebakaran terjadi. Sehingga pelaksanaan perlindungan
hutan dapat berjalan dengan baik.
I.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mempelajari peranan oksigen, yang merupakan salah satu komponen segitiga api,
dalam proses pembakaran, khususnya dalam kebakaran hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembakaran adalah suatu runutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan
suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam
bentuk pendar atau api (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Angin mempercepat
pengeringan bahan bakar, memperbesar ketersedian oksigen sehingga api berkobar
dan merambat dengan cepat. Disamping itu angin dapat menerbangkan bara api yang
dapat menimbulkan api loncat, dan terjadinya kebakaran baru. (Ahmad, 2008)
Bahan Bakar (Pohon, rumput, dan semak dll) dapat terbakar bila tersedia
udara dan panas yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut “segitiga api”.
Bila tiga unsur segi tiga api tersebut tidak tersedia secara lengkap, api tidak
dapat membakar. Harus ada panas yang cukup untuk menyulut bahan bakar misalnya:
panas dari korek api, batubara, api bekas memasak, dari kendaraan,dari chainsaw,
dari puntung rokok dll. Dan harus ada udara (oksigen) untuk dapat terbakar,
tanpa ada udara sedikitpun api tidak akan hidup (Young and Giese, 1991 dalam
Sanoesi, 2009)
Segitiga api sangat penting karena dapat memberi tahu kita bagaimana kita
dapat memadamkan api Kita dapat mengurangi atau menghilangkan salah satu dari
unsur tersebut misal mengurangi bahan bakar, panas atau udara, agar kebakaran
tidak membesar dan api bisa dipadamkan. Kita memotong bahan ketika api menyala
dengan mermbuat sekat bakar, tempat dimana api menjalar keluar untuk membakar.
Kita dapat meredam panas dengan menyemprotkan air ke atas api, kita dapat
memutuskan oksigen atau udara dengan melemparkan lumpur atau tanah di atas api
(Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)
Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila sedikitnya tersedia tiga
komponen yaitu bahan bakar, oksigen atau udara, dan penyalaan api. Seluruh
komponen ersebut sebagi bahan bakar, baik sendiri maupun secara komulaif,
ditentukan oleh jumlah, kondisi terutama kadar airnya dan penyebaran dalam
hutan. (Intsia, 2009)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan bahan :
1.
Lilin
2.
Gelas ukur ( 200 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml )
3.
Korek api
4.
Penggaris
5.
Alat pengukur waktu
3.2 Cara Kerja:
1.
Mengukur sumbu lilin 0.5 – 1 cm sama panjang.
2.
Menyalakan lilin dengan menggunakan korek api (diamkan
± 0.5 menit sampai nyala api terlihat stabil).
3.
Menutup lilin dengan gelas ukur dalam berbagai ukuran
yang telah disediakan, secara bergantian.
4.
Menghitung lamanya waktu penyalaan lilin dari lilin
ditutup sampai nyala apinya padam.
5.
Melakukan percobaan sebanyak tiga kali pengulangan
untuk masing-masing ukuran gelas.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan lama nyala
api terhadap volume oksigen dalam gelas
ukur
Ukuran gelas
(ml)
|
Lama Penyinaran (detik)
|
|||
Ulangan ke-1
|
Ulangan ke-2
|
Ulangan ke-3
|
Rata-rata
|
|
200
|
5.8
|
6.3
|
5.1
|
5.73
|
300
|
9.3
|
7.5
|
10.3
|
9.03
|
500
|
11.9
|
13
|
13.9
|
13.2
|
1000
|
20.9
|
22.3
|
17.3
|
20.17
|
Gambar
1 Grafik hubungan lama nyala api dan volume oksigen
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan
pengujian tentang peranan oksigen dalam proses kebakaran, khususnya kebakaran
hutan. Prinsip yang digunakan dalam proses ini adalah prinsip segitiga api,
dimana komponen-komponennya yaitu : sumber panas, bahan bakar, dan oxygen. Dalam
praktikum ini yang menjadi sumber panas adalah korek api, dimana korek api ini
memicu timbulnya api. Lilin diasumsikan sebagai bahan bakar sedangkan oksigen
yang dimaksud adalah udara dalam gelar ukur.
Pada saat akan menyalakan api
pada lilin, harus diperhatikan bahwa sumbu lilin yang akan digunakan harus sama
panjangnya pada setiap ulangan percobaan yang akan dilakukan, yaitu sekitar
0.5-1 cm. Hal ini dilakukan agar setiap ulangan percobaan mendapatkan perlakuan
yang sama serta kuantitas bahan bakar yang sama. Setelah api menyala, diamkan
terlebih dahulu selama ±0.5 menit. Hal ini dilakukan agar nyala api dari lilin
yang diperoleh bersifat stabil. Perlakuan ini juga dilakukan pada setiap
ulangan percobaan. Barulah setelah itu lilin yang nyalanya sudah stabil
kemudian ditutup dengan gelas ukur berukuran 200 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000
ml secara bergantian dan pada masing-masing gelas ukur dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali. Ternyata setelah beberapa menit, nyala api yang ditutup
gelas-gelas tersebut padam. Padamnya nyala api disebabkan oleh habisnya
kandungan oksigen yang berada pada udara dalam gelas ukur (volume udara dalam
gelas ukur sama dengan volume gelas ukur).
Berdasarkan data praktikum,
diperoleh bahwa rata-rata waktu penyalaan api yang paling lama yaitu selama
20.17 detik dengan gelas ukur yang digunakan
berukuran 1000 ml ( gelas ukur yang ukurannya terbesar). Sedangkan
rata-rata waktu penyalaan api yang paling singkat adalah selama 5.73 detik
dengan ukuran gelas ukur terkecil yaitu 200 ml. Data tersebut sesuai dengan
garfik yang diperoleh yaitu bersifat linier, dimana semakin besar ukuran gelas
ukur ( ukuran tempat untuk menampung udara dan oksigen) maka waktu penyalaan
akan semakin lama. Hal ini dikarenakan kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam
penyalaan api tersedia jauh lebih banyak pada gelas yang ukurannya lebih besar
daripada gelas yang ukurannya lebih kecil.
Hal ini menunjukan bahwa oksigen
mempunyai peranan penting dalam penyalaan api atau kebakaran. Meskipun
komponen-komponen segitiga api lain seperti bahan bakar dan sumber panas
tersedia dalam jumlah banyak, namun jika tidak ada oksigen atau ukuran oksigen
tersebut tidak cukup untuk digunakan dalam proses pembakaran, maka proses
pembakaran tidak dapat terjadi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum, dapat disimpulkan bahwa okigen mempunyai peran
yang sangat penting dalam proses pembakaran. Keberadaan oksigen menjadi penentu
apakah proses kebakaran dapat terjadi atau tidak. Hal tersebut sesuai dengan prinsip kerja
segitiga api dalam pembakaran, dimana jika salah satu komponen segitiga api
tidak ada maka kebakaran tidak dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Bijuga Intsia. 2009. Pengaruh gesekan kayu atau
bamboo terhadap kebakaran hutan.http://PENGARUH%20GESEKAN%20KAYU_BAMBU%20TERHADAP%20KEBAKARAN%20HUTAN.mht
[9 April 2009]
Sanoesi. 2009.
Oksigen dan Nyala Api. http://sanoesi.wordpress.com/2009/09/20/oksigen-dan-nyala-api/ [9 April 2009]
Sanusi Ahmad. 2008. Oksigen dan Nyala Api. http://oksigen%20dan%20Nyala%20api%20«%20Ahmad%20Sanusi%20Nasution%20Blog.mht. [9 april 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar