BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemberdayaan
masyarakat di sekitar kawasan hutan merupakan kunci sukses pengelolaan kawasan
konservasi dan hutan. Pola kolaborasi pengelolaan kawasan hutan yang melibatkan
para pemangku kepentingan mempermudah peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengemukakan hal itu seusai membuka
Workshop Internasional Kerja Sama Selatan-Selatan untuk Pembangunan
Berkelanjutan di Pekanbaru, Riau, Selasa (4/10/2011). Dalam kesempatan yang
sama, Ketua LIPI Lukman Hakim mengungkapkan, pengelolaan kawasan hutan
hendaknya dapat menekan kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan
turut berkontribusi menurunkan tekanan deforestasi.
Taman Nasional Tesso Nilo
(TNTN) merupakan sebuah taman
nasional yang terletak di provinsi Riau,
Indonesia.
Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas sebesar
38.576 hektar (Anonim, 2006). Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini
adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan
dan Indragiri Hulu.
Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Sebagai
kawasan konservasi, TNTN memiliki biodiversitas yang tinggi. Terdapat 360 jenis
flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung,
23 jenis mamalia,
tiga jenis primata,
50 jenis ikan,
15 jenis reptilia
dan 18 jenis amfibia
di setiap hektar (TNTN). Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran
rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah
dan merupakan kawasan konservasi gajah. TNTN juga dikelilingi oleh beberapa
masyarakat setempat yang kehidupannya bergantung dari hutan. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu pemberdayaan masyarakat dari pemerintah demi
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sekitar TNTN dalam memanfaatkan hasil
hutan secara lestari.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Taman
Nasional Tesso Nilo ini antara lain:
1.
Mengetahui kondisi
masyarakat sekitar (TNTN)
2. Mengetahui motivasi masyarakat dalam melakukan
penebangan liar dan perambahan hutan pada TNTN
3. Mengetahui
pemberdayaan yang dilakukan dari pemerintah maupun LSM terhadap masyarakat
sekitar TNTN
BAB II
BAHAN DAN RUMUSAN MASALAH
2.1
Bahan
Taman Nasional Tesso
Nilo (TNTN) dinyatakan resmi sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 255/ Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004. Taman nasional ini
meru-pakan kesatuan dari kawasan bekas Hutan Produksi Terbatas di Kelompok
Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelala-wan dan Kabupaten Indragiri
Hulu Provinsi Riau dengan luas ± 38.576 ha.
Taman Nasional Tesso
Nilo (TNTN) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan tertinggi di
dunia menurut hasil penelitian Center for
Biodiversity Management. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil penelitian dari LIPI, Biotrop,
dan tim dari Australia memperoleh hasil yang mendukung pernyataan tersebut
bahwa tingkat keragamannya 2,5 kali lebih tinggi dari hutan Amazon.
Keanekaragaman hayati taman nasional ini bahkan tertinggi di Sumatera atau jauh
lebih tinggi dibanding Leuser dan Bukit Tigapuluh (Budi, 2003). Hal yang cukup
unik dari taman nasional ini adalah dari segi posisi/letak bahwa TNTN diapit
oleh kawasan
konsesi HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan perkebunan kelapa sawit.
Letak TNTN tersebut sangat po-tensial dari segi kelestarian. Adanya kawasan
konsesi hutan ta-naman industri (HTI) dan kelapa sawit yang mengapit taman
na-sional tersebut sebenarnya dapat menjadi kawasan penyangga atau buffer zone
dari berbagai gangguan terutama yang berasal dari manusia.
Namun
kenyataannya, TNTN tetap menjadi target operasi para pembalak liar (illegal logging). Selain illegal logging, gangguan yang terjadi
pada taman nasional ini berupa perambahan liar. Perambahan liar di kawasan ini
justru makin meningkat setelah ditetapkan sebagai taman nasional. Data satu
tahun terakhir menunjukkan bahwa lahan yang terbuka di kawasan ini meningkat
empat kali lipat menjadi 20.000 ha diikuti adanya pemukiman liar yang dihuni
2.000 kepala keluarga (KK). Adanya perambahan dan munculnya pemukiman liar
menyebabkan rencana perluasan TNTN menjadi terhambat dan terancam gagal.
Perluasan taman nasional ini sangat diperlukan untuk memberi ruang hidup yang
lebih baik bagi satwa-satwa langka yang dilindungi (khususnya gajah sumatera)
agar tidak mengganggu manusia dan juga untuk membantu peningkatan perekonomian
masyarakat di sekitar taman nasional dengan pengembangan HTI.
Bentuk
tekanan masyarakat terhadap Taman Nasional Tesso Nilo
Sebelum dibentuknya
TNTN, 80% sumber pendapatan masya-rakat berasal dari kawasan hutan, baik berupa
hasil hutan kayu ataupun non-kayu. Dengan semakin bertambah dan berkembang-nya
penduduk di sekitar kawasan TNTN, maka kebutuhan akan lahan semakin bertambah
pula. Berdasarkan hasil sensus Balai TNTN, Balai Besar KSDA Riau, dan WWF tahun
2007 tercatat se-luas 4.217 ha kawasan taman nasional yang telah dirambah oleh
masyarakat.
Motivasi utama
masyarakat merambah adalah untuk merubah kawasan hutan menjadi perkebunan
kelapa sawit karena dianggap sebagai sumber uang, oleh karena itu sebagian besar kawasan
hutan yang dirambah dijadikan kebun kelapa sawit. Selain itu masyarakat juga
menjadikan kawasan hutan yang dirambah menjadi kebun karet, kebun pisang, dan
tanaman palawija lain-nya, malahan sudah banyak juga masyarakat yang telah
bermu-kim di kawasan hutan tersebut.
Maraknya
kegiatan perambahan di kawasan hutan TNTN mulai terjadi pada tahun 1997 setelah
masuknya pendatang, baik lokal ataupun dari luar. Perambahan kawasan TNTN ini
dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan mengatasnamakan kelompok
masyarakat dan juga pribadi. Antar kelompok masyarakat saling berlomba untuk
merambah karena takut didahului oleh kelompok masyarakat yang lain. Biasanya
kawasan hutan yang dirambah seluas dua ha/KK untuk kelompok masyarakat dan
untuk perorangan bisa mencapai ratusan hektar dan kawasan hutan yang dirambah
tersebut telah mendapat surat keterangan dari kepala desa masing-masing. Adapun
alasan perambah untuk merambah kawasan hutan TNTN adalah:
1.
Tanahnya lebih subur.
2.
Dekat dengan perkebunan kelapa sawit.
3.
Persiapan penggantian pada saat replanting perkebunan kelapa
sawit.
4.
Tidak memiliki lahan di tempat lain.
5.
Harga relatif murah dan akses untuk mendapatkan tanah lebih
mudah karena dibantu oleh oknum tertentu.
Kegiatan
perambahan pada kawasan hutan TNTN masih belum dapat teratasi walaupun telah
dilakukan kegiatan patroli gabungan, sebagian besar masyarakat bersikukuh bahwa
kawasan hutan yang telah dirambah merupakan lahan hak milik karena telah dibeli
dengan susah payah. Masyarakat desa juga pernah bentrok dengan petugas patroli
yang menyebabkan terjadinya insiden penyanderaan petugas patroli oleh
masyarakat yang menganggap bahwa petugas patroli telah mengganggu sumber mata
pencaharian mereka (berkebun). Ini terjadi di Dusun Bagan Limau pada tahun
2006. Baru-baru ini masyarakat sekitar kawasan TNTN meminta kepada Balai TNTN
agar membebaskan 1.200 ha kawasan yang telah mereka rambah (Suprahman, 2007).
2.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang melatar
belakangi masyarakat untuk melakukan kegiatan pembalakan liar dan perambahan
lahan hutan?
2.
Bagaimana cara
untuk mengatasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat mengancam kelestarian
hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)?
BAB III
PEMBAHASAN
Masyarakat melakukan pembalakan liar dan perambahan
lahan hutan pada Taman Nasional Tesso Nilo disebabkan oleh motif ekonomi.
Karena masyarakat menilai dengan adanya Taman Nasional di wilayah mereka telah merampas
sumber mata pencaharian mereka. Dimana mata pencaharian masyarakat setempat
adalah berasal dari hutan. Dengan terhambatnya akses masyarakat ke dalam hutan,
serta masyarakat merasa hak atas pengelolaan terhadap hutan terhalangi maka
masyarakat merasa dirugikan secara materil.
Kegiatan pembalakan liar dilakukan masyarakat, karena
paradigm masyarakat terhadap hutan masih sama dengan sebelum adanya taman nasional
yaitu masyarakat dengan bebas mengambil kayu di dalam hutan. Selain itu, juga
untuk memenuhi kebutuhannya akan ekonomi dan papannya. Di sisi lain, hal ini
juga dimanfaatkan oleh beberapa pihak (cukong) dalam memperoleh keuntungan,
seperti memanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebituhan kayu dalam
industrinya.
Perambahan lahan hutan yang dilakukan masyarakat
disebabkan oleh polah piker masyarakat yang telah dikotori oleh perusahaan
sawit yang mengapit Taman Nasional Tesso Nilo tersebut, yaitu masyarakat
melakukan perambahan lahan Taman Nasional untuk dikonversi menjadi lahan kelapa
sawit karena masyarakat beranggapan kelapa sawit dapat menjanjikan perekonomian
yang lebih baik. Selain itu, masyarakat melakukan perambahan hutan sebagai
lahan pemukimannya, namun perambahan dengan motif ini tidak terlalu berdampak
kepada Taman Nasional.
Untuk mengurangi deforestation pada Taman Nasional
Tesso Nilo oleh masyarakat, maka harus dilakukan beberapa terobosan seperti
pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan Taman Nasional tersebut. Sehingga
masyarakat masih merasakan kenyamanan dan kesejahteraan dengan adanya Taman
Nasionaal Tesso Nilo tersebut. Karena dengan adanya pemberdayaan masyarakat
maka keadaan ekonomi tetap terjaga.
Jadi untuk mengatasi permasalahan yang dilakukan oleh
masyarakat harus di selesaikan dengan pendekatan yang bersahabat dan
saling menguntungkan. Dengan adanya rasa
keuntungan bagi masyarakat akan keberadaan Taman Nasional tersebut maka
masyarakat akan beralih untuk menjaga kelestarian hutan pada Taman Nasional
Tesso Nilo tersebut.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam memberdayakan
masyarakat tersebut adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Taman
Nasional Tesso Nilo, seperti melibatkan atau mengambil masyarakat sekitar menjadi
polisi hutan yang bertugas untuk menjaga Taman Nasional. Selain melibatkan
beberapa anggota masyarakat dalam keanggotaan polisi hutan juga bisa melibatkan
masyarakat dalam beberapa kegiatan Taman Nasional seperti Flying Squad atau kesatuan pelindung gajah liar. Serta melibatkan
masyarakat pada kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam
keanggotaan pengelolaan Taman Nasional, maka masyarakat akan merasa memiliki
hutan tersebut serta dalam segi ekonomi masyarakat merasa terpenuhi dengan gaji
anggota yang dibayarkan pleh pengelolah.
Selain melibatkan masyarakat dalam keanggotaan, pihak
Taman Nasional juga dapat memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan hasil
hutan bukan kayu. Jadi, pengelola Taman Nasional membantu dan membuka jalan
bagi masyarakat untuk melakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu serta
membantu dalam pemasarannya, seperti madu, tanaman obat-obatan dan lain-lain.
Dalam mengatasi
deforestation pada Taman Nasional bukan hanya tanggung jawab pihak pengelola,
namun campur tangan pemerintah juga diperlukan. Pemerintah harus mampu
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Pemerintah juga harus
dapat memanfaatkan keberadaan perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanaman
Industri (HTI) sebagai penyerap tenaga kerja yang besar. Selain di atas juga
dapat dilakukan dengan cara pengembangan dan peningkatan ekowisata pada Taman
Nasional tersebut.
Jadi dalam mengatasi kerusakan hutan yang diakibatkan
masyarat harus dapat diatasi dengan memberdayakan masyarakat. Dengan demikian
kelestarian hutan di Taman Nasional Tesso Nilo akan tetap terjaga.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
Masyarakat pada Taman Nasional Tesso Nilo pada awalnya
memiliki msts pencaharian utama yaitu pencari atau penebang kayu pada areal
Taman Nasional. Motivasi utama masyarakat dalam melakukan penebangan liar dan
perambahan hutan adalah ekonomi dan kebutuhan lahan untuk pemukiman. Karena
masyarakat merasa hak atas hutan tersebut dirampas setelah adanya Taman
Nasional Tesso Nilo.
Untuk mengatasi penebangan liar dan perambahan yang
dilakukan masyarakat, maka pemerintah, pihak pengelola TNTN, LSM, maupun
perusahaan swasta yang berada di sekitar TNTN harus bekerja sama dalam
memberdayakan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat di sekitar
TNTN.
5.2
Rekomendasi
Untuk mengatasi pembalakan/penebangan liar dan
perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat pada Taman Nasional Tesso Nilo,
maka dapat dilakukan beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti berikut:
1.
Melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional, seperti mengangkat beberapa
anggota masyarakat untuk menjadi anggota polisi hutan TNTN tersebut, dan
menrekrut masyarakat dalam unit Flyin
Squad atau unit penjaga gajah, dan lain-lain.
2.
Membantu atau
membuka akses masyarakat dalam pemungutan hasil hutan bukan kayu serta membantu
masyarakat dalam memasarkannya, seperti madu lebah liar, tanaman obat, dan
lain-lain.
3.
Meningkatkan
program ekowisata pada TNTN yang melibatkan masyarakat sekitar.
4.
Pemerintah harus
membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan.
5.
Perusahaan
swasta (perusahaan kelapa sawit dan HTI) harus mampu menyerab banyak tenaga
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Suprahman, H. 2007. Komunikasi
Pribadi. Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Pekanbaru. Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar