BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekhawatiran dunia terhadap pelestarian hutan tidak hanya
terjadi akibat eksploitasi dan perambahan hutan, namun terutama akibat
kebakaran hutan. Kerusakan hutan karena kebakaran di kawasan tropis bahkan
tidak jarang dipakai sebagai legitimasi kerusakan hutan sebelumnya terjadi oleh eksploitasi dan perambahan. Oleh
karena itu, kebakaran hutan merupakan faktor pemacu (trigerring factor) utama
kemunduran kuantitas dan kualitas hutan yang perlu diantisipasi dan dicegah
sedini mungkin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju penjalaran api pada
kebakaran hutan adalah bentuk permukaan tanah sangat penting untuk mengontrol
suatu kebakaran. Bukit dan lereng lebih sulit dibanding dengan lahan datar,
semua mempengaruhi bagimana kebakaran terjadi dan bagaimana cara memadamkannya.
Ada beberapa hal pengaruh kemiringan terhadap kebakaran. Pada lahan yang miring
nyala api akan mendekati bahan bakar yang ada di atasnya dan akan
bergerak lebih cepat dibanding lahan yang datar. Tanaman akan menjadi panas
sebelum api menyentuhnya, dan akan lebih mudah untuk terbakar. Pada
kelerengan yang terjal akan lebih cepat api menyebar dan akan lebih sulit untuk
dikontrol. Dalm membuat sekat bakar untuk di atas lereng harus lebih lebar
dibanding jika membuat di bawah lereng. Lahan miring yang langsung menghadap matahari,
akan lebih cepat terjadi panas dan mengalami proses pengeringan
bahan bakar, sebaliknya pada bagian lain bahan bakar relatif lebih dingin,
sehingga apabila terjadi kebakaran pada lereng yang menghadap matahari
atau sebalah timur akan lebih cepat jika kebakaran terjadi pada lereng bagian
barat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui laju penjalaran pada tingakat kemiringan yang berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila sedikitnya tersedia tiga
komponen yaitu bahan bakar, oksigen atau udara, dan penyalaan api. Seluruh
komponen ersebut sebagi bahan bakar, baik sendiri maupun secara komulaif,
ditentukan oleh jumlah, kondisi terutama kadar airnya dan penyebaran dalam
hutan (Intsia, 2009).
Kebakaran terjadi apabila ada setidaknya tiga faktor penentu, yaitu bahan
yang dapat terbakar (materials), sumber api (ignition), dan zat asam (oksigen)
yang bertemu atau berinteraksi dalam proses pembakaran. Bagaimanapun keringnya
kayu dan bahan organis lainnya bila tidak ada sumber api, tentunya kebakaran
hutan masih dapat dihindari (Ahmad, 2008).
Bahan Bakar (Pohon, rumput, dan semak dll) dapat terbakar bila tersedia
udara dan panas yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut “segitiga api”.
Bila tiga unsur segi tiga api tersebut tidak tersedia secara lengkap, api tidak
dapat membakar. Harus ada panas yang cukup untuk menyulut bahan bakar misalnya:
panas dari korek api, batubara, api bekas memasak, dari kendaraan,dari
chainsaw, dari puntung rokok dll. Dan harus ada udara (oksigen) untuk dapat
terbakar, tanpa ada udara sedikitpun api tidak akan hidup (Young and
Giese,1991).
Pohan (1984) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa semakin curam lereng tidaklah menunjukkan semakin cepat api
menjalar, akan tetapi pada kondisi kemiringan yang sedang (25%) api menjalar
paling cepat. Untuk kemiringan 0% dan 15 % masih terlalu sedikit angin yang
mempengaruhi kebakaran atau hanya bagian bawah angin saja yang berpengaruh
permukaan kebakaran dan untuk kemiringan yang terlalu curam (45%) permukaan
lereng dapat menghambat angin. Oleh karena itu, pada kemiringa 25% merupakan
kondisi yang baik bagi angina untuk memindahkan panas dan mensuplai oksigen.
Factor – factor
topografi yang penting meliputi: aspek, elevasi, daerah curam, tebing dan
jeram. Kelerengan mempengaruhi penjalaran api, sifat – sifat dari nyala api dan
perilaku api lainnya. Dalam hal ini kelerengan berpengaruh terhadap sudut nyala
api (Weise and Biging 1996)
Hasil penelitian
Weise and Biging (1996) menunjukkan rata – rata sudut nyala api berkisar antara
-39,5°
untuk kelerengan 30% kea rah bawah hingga 13,5° untuk kelerengan 30% kea
rah bawah tanpa adanya pengaruh angin
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : -
Waktu : 14.00 – 17.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kebakaran Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB
3.2 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah :
1.
Lidi
2.
Penggaris
3.
Korek api
4.
Alat pengukur waktu
5.
Penyangga berupa kincir
3.3 Cara Kerja
C ara kerja pada praktikum kali ini yaitu :
1.
Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.
2.
Mengukur panjang lidi awal.
3.
Mengatur posisi bahan bakar ( lidi ) di penyangga pada
berbagai kemiringan. Posisi kemiringannya yaitu pada 0º, 45º,
90º, 135º, dan 180º.
4.
Menyulut lidi dengan korek apai dan mencatat waktu
penjalaran api hingga apinya padam.
5.
Mengukur kembali panjang lidi setelah proses pembakaran
atau penjalaran api.
6.
Mengulangi langkah yang sama pada setiap posisi
kemiringan hingga tiga kali pengulangan.
7.
Mencatat hasil praktikum pada tabel yang telah ada.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan laju
penjalaran pada posisi bahan bakar yang berbeda
Waktu
Penjalaran (detik)
|
Panjang
Lidi yang Terbakar (cm)
|
Laju penjala-ran (cm/s)
|
|||||||
Ulangan ke-1
|
Ulangan ke-2
|
Ulangan ke-3
|
Rata-rata
|
Ulangan ke-1
|
Ulangan ke-2
|
Ulangan ke-3
|
Rata-rata
|
||
0º
|
4.2
|
3.4
|
5.5
|
4.37
|
0.5
|
0.4
|
0.3
|
0.4
|
0.09
|
45º
|
6.4
|
7.3
|
5.2
|
6.3
|
0.7
|
0.8
|
0.4
|
0.63
|
0.1
|
90º
|
7.3
|
6.9
|
8.4
|
7.53
|
1.6
|
0.3
|
1.2
|
1.03
|
0.137
|
135º
|
41.7
|
65
|
35.5
|
47.4
|
6
|
7.8
|
6
|
6.6
|
0.139
|
180º
|
25.6
|
24.6
|
34.5
|
28.23
|
10.8
|
10.9
|
10.9
|
10.88
|
0.385S
|
Grafik 1
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengujian
tentang pengaruh posisi bahan bakar terhadap laju penjalaran api. Lidi
diletakkan di atas penyangga dengan posisi kemiringan berbeda-beda mulai dari 0
derajat hingga 180 derajat. Setiap posisi kemiringan dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali dan dihitung rata-rata panjang lidi yang terbakar dan lama
penyalaan. Laju penjalaran diperoleh dari hasil bagi rata-rata panjang lidi
yang terbakar dengan rata-rata lama penyalaan.
Pada posisi 0 derajat, rata-rata
panjang lidi yang terbakar adalah 0,4 cm dengan lama penyalaan 4.37 detik,
sehingga laju penjalarannya 0,09 cm/s. Pada posisi ini laju penjalarannya yang
paling rendah. Bahan bakar dengan posisi 45 derajat, rata-rata terbakar
sepanjang 0,63 cm dengan lama penyalaan 6,3 detik dan laju penjalarannya 0.10
cm/s. Pada posisi 90 derajat, rata-rata panjang lidi yang terbakar adalah 1,03
cm selama 7,53 detik sehingga laju penjalarannya 0,137 cm/s. Di posisi 135
derajat, terbakar 6,6 cm lidi selama 47,4 detik dan laju penjalarannya adalah
0,139 cm/s. Yang terakhir adalah pada posisi 180 derajat. Pada kemiringan ini
semua batang lidi terbakar habis (rata-rata panjang lidi 10,88), dengan lama
penyalaan 28,23 detik.
Berdasarkan percobaan kimia, api
mempunyai tingkat kepanasan tertinggi pada daerah bagian tengah api (daerah api
reduksi bagian atas) dan mempunyai tingkat kepanasan minimum pada bagian
pangkal api (daerah api reduksi bagian bawah).
Dilihat dari grafik, semakin besar
kemiringan (api berada dibawah bahan bakar) semakin cepat juga laju penjalaran
api terhadap bahan bakar tersebut. Bahan bakar yang diletakkan pada posisi 180
derajat ini memiliki laju penjalaran paling tinggi yaitu 0,385 cm/s. Hal ini
disebabkan oleh posisi nyala api yang selalu mengarah ke atas, pembakaran
terjadi hampir pada seluruh daerah api dan membakar bahan bakar yang berada
tepat di atasnya. Faktor angin juga ikut berpengaruh dimana pada posisi inilah
api mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Pada posisi 0 derajat, laju
penjalarannya paling rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain penyulutan api sudah dihentikan oleh praktikan sebelum api stabil,
pembakaran hanya terjadi pada bagian pangkal api (daerah api reduksi bagian
bawah/minimum), serta angin yang kurang mendukung sehingga mengakibatkan
pemadaman.
Oleh sebab itu, secara keseluruhan laju
penjalaran api sangat dipengaruhi oleh posisi bahan bakar. Api yang terletak di
bawah bahan bakar akan lebih mudah menjalar ke atas dan menghabiskan bahan
bakar tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum mengenai laju
penjalaran pada posisi bahan bakar yang berbeda dapat disimpulkan bahwa posisi
bahan bakar ini ternyata sangat berpengaruh pada besarnya laju penjalaran.
Semakin besar posisi (sudut kemiringan) suatu bahan bakar, maka laju
penjalarannya akan semakin besar. Dalam hal ini pada posisi 180º (posisi bahan bakar tegak) laju
penjalarannya paling tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bijuga, Intsia. 2009. Pengaruh Gesekan Kayu/ Bambu
Terhadap Kebakaran Hutan.http://pengaruh%20geseskan%20kayubambu%20terhadap%20kebakaran%20hutan.mht.
[9 April 2009].
Pohan ZR. 1984.
Pengaruh Berbagai Kecepatan Angin dan Kemiringan Lereng Terhadap Kecepatan
Menjalarnya Api [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sanusi, Ahmad. 2008. Oksigen dan Nyala
Api. http://oksigen%20dan%20Nyala%20api%20«%20Ahmad%20Sanusi%20Nasution%20Blog.mht.
[9 april 2009].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar