Model
Horton untuk tanah A (fh) : 0.55 + (0.85
)
Model
Kostiakof untuk tanah A (fk) :
0.753 x 0.9035
Model
Philip (fp)
:
Grafik
1 Kapasitas Infiltrasi Tanah A dengan
pemodelan
Grafik
2 Kapasitas Infiltrasi Tanah C dengan
pemodelan
Horton
|
fh = 1 + (9.4e-2.889t)
|
Kostiakof
|
fk = 0.118(13.882t-0.888)
|
Philip
|
fp = 0.5(7.343t-0.5)
- 1.925
|
Tabel 3 Perhitungan
Kapasitas Infiltrasi Tanah A dengan model Horton secara manual
No
|
t (jam)
|
f (cm/jam)
|
Model Horton manual
|
Model Horton Ms. Excel
|
fh = 1 + 9.4e-1.737t
|
fh = 1 + (9.4e-2.889t)
|
|||
1
|
0
|
10.4
|
10.4
|
10.400
|
2
|
0.25
|
5.6
|
7.089
|
5.565
|
3
|
0.5
|
3.2
|
4.944
|
3.217
|
4
|
0.75
|
2.1
|
3.555
|
2.076
|
5
|
1
|
1.5
|
2.655
|
1.523
|
6
|
1.25
|
1.2
|
2.072
|
1.254
|
7
|
1.5
|
1.1
|
1.694
|
1.123
|
8
|
1.75
|
1
|
1.450
|
1.060
|
9
|
2
|
1
|
1.291
|
1.029
|
Grafik 3 Perbandingan Kapasitas
Infiltrasi Tanah C dengan pemodelan Horton manual dengan ms. Excel
B. Pembahasan
Siklus hidrologi adalah
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer, kemudian ke pemukaan tanah dan
kembali lagi ke laut (Asdak, 2002). Air di bumi ini mengulangi siklusnya terus
menerus, mulai dari penguapan, presipitasi, dan beberapa tahapan lainnya.
Salah satu tahapan yang
dialami air adalah proses infiltrasi. Menurut Asdak (2002) infiltrasi ialah
pergerakan air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler/pergerakan air
kearah lateral dan gravitasi/pergerakan air kea rah vertical. Laju infiltrasi
adalah kecepatan masuknya air ke dalam tanah selama waktu tertentu. Laju
infiltrasi menurun dengan bertambahnya waktu selama infiltrasi, yang ditentukan
oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Sifat tanah yang
menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori, kandungan air
dan propil tanah (Arsyad, 2000).
Menurut Asdak (2000),
tekstur dan struktur mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan menampung air dan
proses hidrologi lainnya.
Tanah bertekstur pasir
mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur
halus tanah yang bertekstur pasir butir-butirnya berukuran lebih besar, maka
setiap satuan berat (gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil. Tanah
bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air tinggi (Hardjowigono,
2003).
Model yang paling umum adalah model empiris yang
dikembangkan oleh Horton, Kostiakov dan Philip. Menurut Sudibyapto (1990), pada
model empiris terdapat dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan fungsi
waktu dan pendekatan fungsi kelembaban tanah. Model Horton, Kostiakov dan
Philip adalah salahsatu model pendekatan dengan fungsi waktu (time dependent equation). Sebelum ketiga
model digunakan, model harus di fitting
terlebih dahulu, agar didapatkan persamaan yang tepat. Proses fitting adalah terhadap nilai
konstanta-konstanta di persamaan model.
Model Horton menyatakan bahwa laju infiltrasi
berkurang secara eksponensial (Utaya 2008). Adapun hubungan antara kapasitas
daya serap tanah dengan waktu,dinyatakan dalam persamaan Horton sebagai berikut
:
Dimana
: t adalah waktu ,e adalah konstanta eksponensial ,f adalah
kapasitas infiltrasi (daya serap tanah) pada sembarang waktu, fo adalah kapasitas infiltrasi awal
pada t = 0, fc adalah kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga
konstan, k adalah konstanta positif yang bergantung pada jenis tanah dan
tumbuhan penutup tanah (Sudibyakto 1990). Nilai k-lah yang difitting agar
persamaan dapat menduga dengan tepat.
Model Kostiakov dinyatakan dalam persamaan berikut :
f
= k .a .t a-1
Dimana: k adalah
konstanta , a adalah konstanta, dan t adalah waktu (Sudibyakto 1990). Nilai k
dan a yang difitting agar persamaan dapat menduga dengan tepat.
Model Philip adalah penuruanan dari
model Darcy , dan dinyatakan dalam persamaan :
Dimana S dan A adalah konstanta, dan t adalah waktu
(Sudibyakto 1990). Nilai S dan A yang difitting agar dapat menduga dengan
tepat. Menurut Mbagwu (1994), model Kostiakov lebih baik daripada model Philip
dalam pendugaan data di lapang yang sifatnya bervariasi secara substansial. Dan
nilai konstanta A pada model kostiakov ayang terbaik adalah kurang dari 1.
Berdasarkan
analisi data yang dilakuakan pada data infiltrasi pada lokasi A dan lokasi C
metode Horton dapat menduga kapasitas infiltrasi dengan baik, kemudian metode
Kostiakof dan metode Philip. Hal ini dapat dilihat dari jauhnya penyimpangan
nilai hasil pendugaan terhadap hasil pengukuran. Fitting pada nilai konstanta setiap pendugaan dilakuakan dengan ms. Excel menggunakan menu analisis
solver.
Pendugaan kapasitas infiltrasi juga dilakukan dengan
cara manual dan dilakukan pada data infiltrasi tanah C. Pendugaan ini
dilakuakan untuk membandingkan pendugaan dengan software ms. Exel dengan pendugaan manual. Perbandingan ini
dilakukan pada metode Horton saja. Pada kasus tanah C, pendugaan yang dapat
menduga kapasitas infiltrasi dengan baik adalah pendugaan dengan bantuan software ms. Excel. Sedangkan pendugaan
secara manual cenderung Overestimate. Hal
ini dapat dilihat dari nilai-nilai hasil pendugaannya pada tabel 3 dan grafik
3.
KESIMPULAN
Infiltrasi merupakan
proses masuknya air ke dalam tanah secara vertical ke bawah. Lajua Infiltrasi
akan menurun seiring dengan bertambahnya waktu akibat meningkatnya kadar air di
dalam tanah. Kapasitas infiltrasi dapat diduga dengan tiga model empiris, yaitu
model Horton, Kostiakof dan Philip. Dari ketiga model tersebut, model yang
dapat menduga dengan baik adalah metode Horton. Pendugaan dapat dilakukan
dengan cara yaitu manual dan dengan bantuan Software
Ms. Excel. Pendugaan yang bai adalah
pendugaan dengan batuan MS Excel dibandingkan
dengan cara manual.
lapiran
Tabel 1 Kapasitas Infiltrasi Tanah A Dengan
Menggunakan Pemodelan
No
|
t (min)
|
t (jam)
|
f (cm/jam)
|
Model Horton
|
Model Kostiakof
|
Model Philip
|
|||
|
fh-f
|
fk(t) = aK
|
fk-f
|
fp =
|
fp-f
|
||||
1
|
0
|
0
|
1.4
|
1.400
|
0.000
|
1.4
|
0
|
1.4
|
0
|
2
|
10
|
0.167
|
1
|
1.137
|
0.137
|
1.059216711
|
-0.05922
|
1.084288371
|
-0.08429
|
3
|
20
|
0.333
|
0.95
|
0.955
|
0.005
|
0.892379566
|
0.05762
|
0.878905327
|
0.071095
|
4
|
30
|
0.500
|
0.84
|
0.830
|
-0.010
|
0.807249552
|
0.03275
|
0.78791726
|
0.052083
|
5
|
40
|
0.667
|
0.8
|
0.743
|
-0.057
|
0.751820928
|
0.048179
|
0.733677583
|
0.066322
|
6
|
50
|
0.833
|
0.74
|
0.683
|
-0.057
|
0.711461865
|
0.028538
|
0.696662617
|
0.043337
|
7
|
60
|
1.000
|
0.63
|
0.642
|
0.012
|
0.680099735
|
-0.0501
|
0.669339304
|
-0.03934
|
8
|
85
|
1.417
|
0.6
|
0.587
|
-0.013
|
0.623977442
|
-0.02398
|
0.623583811
|
-0.02358
|
9
|
110
|
1.833
|
0.55
|
0.564
|
0.014
|
0.58543855
|
-0.03544
|
0.594493055
|
-0.04449
|
10
|
135
|
2.250
|
0.55
|
0.556
|
0.006
|
0.556530534
|
-0.00653
|
0.573915134
|
-0.02392
|
11
|
145
|
2.417
|
0.55
|
0.554
|
0.004
|
0.546783262
|
0.003217
|
0.567216602
|
-0.01722
|
Tabel
2 Kapasitas Infiltrasi Tanah C Dengan
Menggunakan Pemodelan
No
|
t (jam)
|
f (cm/jam)
|
model Horton
|
Model Kostiakof
|
Model Philip
|
|||
fh = fc
+ (fo-fc)
|
fh-f
|
fk(t) = aK
|
fk-f
|
fp =
|
fp-f
|
|||
1
|
0
|
10.4
|
10.400
|
0.000
|
10.4
|
0
|
10.4
|
0
|
2
|
0.25
|
5.6
|
5.565
|
0.035
|
5.559208746
|
0.040791
|
5.417957715
|
0.182042
|
3
|
0.5
|
3.2
|
3.217
|
-0.017
|
3.016286062
|
0.183714
|
3.267313519
|
-0.06731
|
4
|
0.75
|
2.1
|
2.076
|
0.024
|
2.109314407
|
-0.00931
|
2.314542776
|
-0.21454
|
5
|
1
|
1.5
|
1.523
|
-0.023
|
1.63656053
|
-0.13656
|
1.746578423
|
-0.24658
|
6
|
1.25
|
1.2
|
1.254
|
-0.054
|
1.344148154
|
-0.14415
|
1.358980598
|
-0.15898
|
7
|
1.5
|
1.1
|
1.123
|
-0.023
|
1.144460648
|
-0.04446
|
1.07286777
|
0.027132
|
8
|
1.75
|
1
|
1.060
|
-0.060
|
0.998956736
|
0.001043
|
0.85050101
|
0.149499
|
9
|
2
|
1
|
1.029
|
-0.029
|
0.887956352
|
0.112044
|
0.671256325
|
0.328744
|
Model Horton
untuk tanah C (fh) : 1 +
(9.4
)
Model Kostiakof untuk tanah C (fk) : 0.118 x 13.882
Model Philip untuk tanah C (fp)
:
gan gimna cara mndapatkn nilai a?
BalasHapusbelajar
Hapuskak mau tanya, bagaimana mendapatkan niilai f pada t0?
BalasHapus