Senin, 16 April 2012

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN SEBAGAI UPAYA MENJAGA KELESTARIAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL TESSO NILO


BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan merupakan kunci sukses pengelolaan kawasan konservasi dan hutan. Pola kolaborasi pengelolaan kawasan hutan yang melibatkan para pemangku kepentingan mempermudah peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengemukakan hal itu seusai membuka Workshop Internasional Kerja Sama Selatan-Selatan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pekanbaru, Riau, Selasa (4/10/2011). Dalam kesempatan yang sama, Ketua LIPI Lukman Hakim mengungkapkan, pengelolaan kawasan hutan hendaknya dapat menekan kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan turut berkontribusi menurunkan tekanan deforestasi.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) merupakan sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas sebesar 38.576 hektar (Anonim, 2006). Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu. Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Sebagai kawasan konservasi, TNTN memiliki biodiversitas yang tinggi. Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektar (TNTN). Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah. TNTN juga dikelilingi oleh beberapa masyarakat setempat yang kehidupannya bergantung dari hutan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pemberdayaan masyarakat dari pemerintah demi meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sekitar TNTN dalam memanfaatkan hasil hutan secara lestari.
1.2              Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Taman Nasional Tesso Nilo ini antara lain:
1.      Mengetahui kondisi masyarakat sekitar (TNTN)
2.      Mengetahui motivasi masyarakat dalam melakukan penebangan liar dan perambahan hutan pada TNTN
3.      Mengetahui pemberdayaan yang dilakukan dari pemerintah maupun LSM terhadap masyarakat sekitar TNTN

BAB II
BAHAN DAN RUMUSAN MASALAH

2.1 Bahan

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dinyatakan resmi sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 255/ Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004. Taman nasional ini meru-pakan kesatuan dari kawasan bekas Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelala-wan dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau dengan luas ± 38.576 ha.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia menurut hasil penelitian Center for Biodiversity Management. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil penelitian dari LIPI, Biotrop, dan tim dari Australia memperoleh hasil yang mendukung pernyataan tersebut bahwa tingkat keragamannya 2,5 kali lebih tinggi dari hutan Amazon. Keanekaragaman hayati taman nasional ini bahkan tertinggi di Sumatera atau jauh lebih tinggi dibanding Leuser dan Bukit Tigapuluh (Budi, 2003). Hal yang cukup unik dari taman nasional ini adalah dari segi posisi/letak bahwa TNTN diapit oleh kawasan konsesi HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan perkebunan kelapa sawit. Letak TNTN tersebut sangat po-tensial dari segi kelestarian. Adanya kawasan konsesi hutan ta-naman industri (HTI) dan kelapa sawit yang mengapit taman na-sional tersebut sebenarnya dapat menjadi kawasan penyangga atau buffer zone dari berbagai gangguan terutama yang berasal dari manusia.
Namun kenyataannya, TNTN tetap menjadi target operasi para pembalak liar (illegal logging). Selain illegal logging, gangguan yang terjadi pada taman nasional ini berupa perambahan liar. Perambahan liar di kawasan ini justru makin meningkat setelah ditetapkan sebagai taman nasional. Data satu tahun terakhir menunjukkan bahwa lahan yang terbuka di kawasan ini meningkat empat kali lipat menjadi 20.000 ha diikuti adanya pemukiman liar yang dihuni 2.000 kepala keluarga (KK). Adanya perambahan dan munculnya pemukiman liar menyebabkan rencana perluasan TNTN menjadi terhambat dan terancam gagal. Perluasan taman nasional ini sangat diperlukan untuk memberi ruang hidup yang lebih baik bagi satwa-satwa langka yang dilindungi (khususnya gajah sumatera) agar tidak mengganggu manusia dan juga untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar taman nasional dengan pengembangan HTI.

Bentuk tekanan masyarakat terhadap Taman Nasional Tesso Nilo

Sebelum dibentuknya TNTN, 80% sumber pendapatan masya-rakat berasal dari kawasan hutan, baik berupa hasil hutan kayu ataupun non-kayu. Dengan semakin bertambah dan berkembang-nya penduduk di sekitar kawasan TNTN, maka kebutuhan akan lahan semakin bertambah pula. Berdasarkan hasil sensus Balai TNTN, Balai Besar KSDA Riau, dan WWF tahun 2007 tercatat se-luas 4.217 ha kawasan taman nasional yang telah dirambah oleh masyarakat.
Motivasi utama masyarakat merambah adalah untuk merubah kawasan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit karena dianggap sebagai sumber uang, oleh karena itu sebagian besar kawasan hutan yang dirambah dijadikan kebun kelapa sawit. Selain itu masyarakat juga menjadikan kawasan hutan yang dirambah menjadi kebun karet, kebun pisang, dan tanaman palawija lain-nya, malahan sudah banyak juga masyarakat yang telah bermu-kim di kawasan hutan tersebut.
Maraknya kegiatan perambahan di kawasan hutan TNTN mulai terjadi pada tahun 1997 setelah masuknya pendatang, baik lokal ataupun dari luar. Perambahan kawasan TNTN ini dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan mengatasnamakan kelompok masyarakat dan juga pribadi. Antar kelompok masyarakat saling berlomba untuk merambah karena takut didahului oleh kelompok masyarakat yang lain. Biasanya kawasan hutan yang dirambah seluas dua ha/KK untuk kelompok masyarakat dan untuk perorangan bisa mencapai ratusan hektar dan kawasan hutan yang dirambah tersebut telah mendapat surat keterangan dari kepala desa masing-masing. Adapun alasan perambah untuk merambah kawasan hutan TNTN adalah:
1.      Tanahnya lebih subur.
2.      Dekat dengan perkebunan kelapa sawit.
3.      Persiapan penggantian pada saat replanting perkebunan kelapa sawit.
4.      Tidak memiliki lahan di tempat lain.
5.      Harga relatif murah dan akses untuk mendapatkan tanah lebih mudah karena dibantu oleh oknum tertentu.
Kegiatan perambahan pada kawasan hutan TNTN masih belum dapat teratasi walaupun telah dilakukan kegiatan patroli gabungan, sebagian besar masyarakat bersikukuh bahwa kawasan hutan yang telah dirambah merupakan lahan hak milik karena telah dibeli dengan susah payah. Masyarakat desa juga pernah bentrok dengan petugas patroli yang menyebabkan terjadinya insiden penyanderaan petugas patroli oleh masyarakat yang menganggap bahwa petugas patroli telah mengganggu sumber mata pencaharian mereka (berkebun). Ini terjadi di Dusun Bagan Limau pada tahun 2006. Baru-baru ini masyarakat sekitar kawasan TNTN meminta kepada Balai TNTN agar membebaskan 1.200 ha kawasan yang telah mereka rambah (Suprahman, 2007).

2.2 Rumusan Masalah

1.      Apa yang melatar belakangi masyarakat untuk melakukan kegiatan pembalakan liar dan perambahan lahan hutan?
2.      Bagaimana cara untuk mengatasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat mengancam kelestarian hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)?
BAB III
PEMBAHASAN

Masyarakat melakukan pembalakan liar dan perambahan lahan hutan pada Taman Nasional Tesso Nilo disebabkan oleh motif ekonomi. Karena masyarakat menilai dengan adanya Taman Nasional di wilayah mereka telah merampas sumber mata pencaharian mereka. Dimana mata pencaharian masyarakat setempat adalah berasal dari hutan. Dengan terhambatnya akses masyarakat ke dalam hutan, serta masyarakat merasa hak atas pengelolaan terhadap hutan terhalangi maka masyarakat merasa dirugikan secara materil.
Kegiatan pembalakan liar dilakukan masyarakat, karena paradigm masyarakat terhadap hutan masih sama dengan sebelum adanya taman nasional yaitu masyarakat dengan bebas mengambil kayu di dalam hutan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhannya akan ekonomi dan papannya. Di sisi lain, hal ini juga dimanfaatkan oleh beberapa pihak (cukong) dalam memperoleh keuntungan, seperti memanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebituhan kayu dalam industrinya.
Perambahan lahan hutan yang dilakukan masyarakat disebabkan oleh polah piker masyarakat yang telah dikotori oleh perusahaan sawit yang mengapit Taman Nasional Tesso Nilo tersebut, yaitu masyarakat melakukan perambahan lahan Taman Nasional untuk dikonversi menjadi lahan kelapa sawit karena masyarakat beranggapan kelapa sawit dapat menjanjikan perekonomian yang lebih baik. Selain itu, masyarakat melakukan perambahan hutan sebagai lahan pemukimannya, namun perambahan dengan motif ini tidak terlalu berdampak kepada Taman Nasional.
Untuk mengurangi deforestation pada Taman Nasional Tesso Nilo oleh masyarakat, maka harus dilakukan beberapa terobosan seperti pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan Taman Nasional tersebut. Sehingga masyarakat masih merasakan kenyamanan dan kesejahteraan dengan adanya Taman Nasionaal Tesso Nilo tersebut. Karena dengan adanya pemberdayaan masyarakat maka keadaan ekonomi tetap terjaga.
Jadi untuk mengatasi permasalahan yang dilakukan oleh masyarakat harus di selesaikan dengan pendekatan yang bersahabat dan saling  menguntungkan. Dengan adanya rasa keuntungan bagi masyarakat akan keberadaan Taman Nasional tersebut maka masyarakat akan beralih untuk menjaga kelestarian hutan pada Taman Nasional Tesso Nilo tersebut.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam memberdayakan masyarakat tersebut adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo, seperti melibatkan atau mengambil masyarakat sekitar menjadi polisi hutan yang bertugas untuk menjaga Taman Nasional. Selain melibatkan beberapa anggota masyarakat dalam keanggotaan polisi hutan juga bisa melibatkan masyarakat dalam beberapa kegiatan Taman Nasional seperti Flying Squad atau kesatuan pelindung gajah liar. Serta melibatkan masyarakat pada kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam keanggotaan pengelolaan Taman Nasional, maka masyarakat akan merasa memiliki hutan tersebut serta dalam segi ekonomi masyarakat merasa terpenuhi dengan gaji anggota yang dibayarkan pleh pengelolah.
Selain melibatkan masyarakat dalam keanggotaan, pihak Taman Nasional juga dapat memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan hasil hutan bukan kayu. Jadi, pengelola Taman Nasional membantu dan membuka jalan bagi masyarakat untuk melakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu serta membantu dalam pemasarannya, seperti madu, tanaman obat-obatan dan lain-lain.
Dalam  mengatasi deforestation pada Taman Nasional bukan hanya tanggung jawab pihak pengelola, namun campur tangan pemerintah juga diperlukan. Pemerintah harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Pemerintah juga harus dapat memanfaatkan keberadaan perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai penyerap tenaga kerja yang besar. Selain di atas juga dapat dilakukan dengan cara pengembangan dan peningkatan ekowisata pada Taman Nasional tersebut.
Jadi dalam mengatasi kerusakan hutan yang diakibatkan masyarat harus dapat diatasi dengan memberdayakan masyarakat. Dengan demikian kelestarian hutan di Taman Nasional Tesso Nilo akan tetap terjaga.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1              Kesimpulan
Masyarakat pada Taman Nasional Tesso Nilo pada awalnya memiliki msts pencaharian utama yaitu pencari atau penebang kayu pada areal Taman Nasional. Motivasi utama masyarakat dalam melakukan penebangan liar dan perambahan hutan adalah ekonomi dan kebutuhan lahan untuk pemukiman. Karena masyarakat merasa hak atas hutan tersebut dirampas setelah adanya Taman Nasional Tesso Nilo.
Untuk mengatasi penebangan liar dan perambahan yang dilakukan masyarakat, maka pemerintah, pihak pengelola TNTN, LSM, maupun perusahaan swasta yang berada di sekitar TNTN harus bekerja sama dalam memberdayakan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat di sekitar TNTN.

5.2              Rekomendasi
Untuk mengatasi pembalakan/penebangan liar dan perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat pada Taman Nasional Tesso Nilo, maka dapat dilakukan beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti berikut:
1.      Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional, seperti mengangkat beberapa anggota masyarakat untuk menjadi anggota polisi hutan TNTN tersebut, dan menrekrut masyarakat dalam unit Flyin Squad atau unit penjaga gajah, dan lain-lain.
2.      Membantu atau membuka akses masyarakat dalam pemungutan hasil hutan bukan kayu serta membantu masyarakat dalam memasarkannya, seperti madu lebah liar, tanaman obat, dan lain-lain.
3.      Meningkatkan program ekowisata pada TNTN yang melibatkan masyarakat sekitar.
4.      Pemerintah harus membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan.
5.      Perusahaan swasta (perusahaan kelapa sawit dan HTI) harus mampu menyerab banyak tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Suprahman, H. 2007. Komunikasi Pribadi. Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Pekanbaru. Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar