Senin, 16 April 2012

MAKALAH KEHUTANAN MASYARAKAT Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN) (Kemas)


PENDAHULAN

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dinyatakan resmi sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 255/ Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004. Taman nasional ini merupakan kesatuan dari kawasan bekas Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau dengan luas + 38.576 ha.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia menurut hasil penelitian Center for Biodiversity Management. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-nesia (LIPI). Hasil penelitian dari LIPI, Biotrop, dan tim dari Australia memperoleh hasil yang mendukung pernyataan tersebut bahwa tingkat keragamannya 2,5 kali lebih tinggi dari hutan Amazon. Keanekaragaman hayati taman nasional ini bahkan tertinggi di Sumatera atau jauh lebih tinggi dibanding Leuser dan Bukit Tigapuluh (Budi, 2003).
Kawasan konsesi HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan perkebunan kelapa sawit. Letak TNTN tersebut sangat potensial dari segi kelestarian. Adanya kawasan konsesi hutan tanaman industri (HTI) dan kelapa sawit yang mengapit taman nasional tersebut sebenarnya dapat menjadi kawasan penyangga atau buffer zone dari berbagai gangguan terutama yang berasal dari manusia.
Namun kenyataannya, TNTN tetap menjadi target operasi para pembalak liar (illegal logging). Selain illegal logging, gangguan yang terjadi pada taman nasional ini berupa perambahan liar. Perambahan liar di kawasan ini justru makin meningkat setelah ditetapkan sebagai taman nasional. Data satu tahun terakhir menunjukkan bahwa lahan yang terbuka di kawasan ini meningkat empat kali lipat menjadi 20.000 hektar diikuti adanya pemukiman liar yang dihuni 2.000 kepala keluarga (KK). Adanya perambahan dan munculnya pemukiman liar menyebabkan rencana perluasan TNTN menjadi terhambat dan terancam gagal. Perluasan taman nasional ini sangat diperlukan untuk memberi ruang hidup yang lebih baik bagi satwa-satwa langka yang dilin-dungi (khususnya gajah sumatera) agar tidak mengganggu manusia dan juga untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar taman nasional dengan pengembangan HTI.
Dalam menjaga kelestarian TNTN dan meningkatkan perekonomian masyarakat taman nasional maka diperlukan partisipasi penuh masyarakat untuk mengelolah taman nasional dengan baik.

ISI DAN PEMBAHASAN

Perambahan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) didorong oleh motif ekonomi yaitu pemenuhan kebutuhan hidup dan jual beli lahan. Hilangnya akses masyarakat ke hutan sejak terbentuknya TNTN menjadi beban sosial dan ekonomi yang berat bagi masyarakat yang sangat tergantung dari hutan di sekitar-nya. Hutan telah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya mereka.
Persepsi masyarakat dekitar taman nasional terhadap keberadaan TNTN cenderung negatif karena mereka belum memperoleh kompensasi apapun atas hilangnya akses mereka terhadap hutan dan sumber perekonomian. Kondisi ini semakin bertambah berat dengan belum teratasinya gangguan gajah dari TNTN terhadap lahan mereka. Persepsi negatif dari masyarakat terhadap keberadaan TNTN menjadikan partisipasi mereka cenderung negatif yaitu terjadinya perambahan.
Dalam upaya pengelolaan TNTN yang partispatif perlu mengakses kembali aspirasi dan keinginan masyarakat yang telah mengalami perubahan sosial, ekonomi, dan budaya sejak terbentuknya TNTN. Kompensasi diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat.
Partisipasi-partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebagai berikut:
1.      Adanya kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat. Kegiatan ini dilakukan pada zona pemanfaatan tradisional (ZPT).
2.      Adanya masyarakat yang menjadi staf taman nasional.
3.      Peningkatan potensi wisata alam berbasis ekowisata sehingga terdapat pelibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan TNTN sekaligus mengangkat taraf kesejahteraan mereka.
4.      Pada tahun 2004 terbentuknya forum masyarakat tesso nilo (FMTN) yang merupakan perwakilan dari 22 desa disekitar TNTN. Forum ini menggali dukungan masyarakat dalam upaya konservasi di TNTN dan dan penanganan perambahan di TNTN.
5.      Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pemasaran madu Tesso Nilo, dan pengembangan ikan keramba sungai.
6.      Ikut sertanya masyarakat dalam patrol keamanan TNTN dari kegiatan pembalakan liar.
7.      Keikutsertaan masyarakat dalam tim flying squad. Tim yang bertugas untuk mengawasi gajah agar tidak masuk ke lahan atau pemukiman masyarakat.
KESIMPULAN

Dengan demikian, upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi pembalakan liar dan perambahan lahan pada Taman Nasional Tesso Nilo adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional dengan bentuk partisipasi aktif. Karena pembalakan liar dan perambahan ini dilakuakan masyarakat dengan motif ekonomi. Dengan adanya pastisipasi aktif masyarakat, maka kebutuhan ekonomi masyarakat dapat terpenuhi serta kelestarian Taman Nasional Tesso Nilo dapat terjaga
DAFTAR PUSTAKA

Budi, S. 2003. Hutan Tesso Nilo antara Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Gajah. [terhubung berkala]. http :// www.sinarharapan.co.id/. (12 Desember 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar