PENDAHULAN
Taman Nasional Tesso
Nilo (TNTN) dinyatakan resmi sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 255/ Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004. Taman nasional ini merupakan
kesatuan dari kawasan bekas Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso
Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi
Riau dengan luas + 38.576 ha.
Taman Nasional Tesso
Nilo (TNTN) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan tertinggi di
dunia menurut hasil penelitian Center for
Biodiversity Management. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-nesia (LIPI). Hasil penelitian dari LIPI,
Biotrop, dan tim dari Australia memperoleh hasil yang mendukung pernyataan
tersebut bahwa tingkat keragamannya 2,5 kali lebih tinggi dari hutan Amazon. Keanekaragaman
hayati taman nasional ini bahkan tertinggi di Sumatera atau jauh lebih tinggi
dibanding Leuser dan Bukit Tigapuluh (Budi, 2003).
Kawasan
konsesi HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan perkebunan kelapa sawit.
Letak TNTN tersebut sangat potensial dari segi kelestarian. Adanya kawasan
konsesi hutan tanaman industri (HTI) dan kelapa sawit yang mengapit taman nasional
tersebut sebenarnya dapat menjadi kawasan penyangga atau buffer zone dari
berbagai gangguan terutama yang berasal dari manusia.
Namun
kenyataannya, TNTN tetap menjadi target operasi para pembalak liar (illegal logging). Selain illegal logging, gangguan yang terjadi
pada taman nasional ini berupa perambahan liar. Perambahan liar di kawasan ini
justru makin meningkat setelah ditetapkan sebagai taman nasional. Data satu
tahun terakhir menunjukkan bahwa lahan yang terbuka di kawasan ini meningkat empat
kali lipat menjadi 20.000 hektar diikuti adanya pemukiman liar yang dihuni
2.000 kepala keluarga (KK). Adanya perambahan dan munculnya pemukiman liar
menyebabkan rencana perluasan TNTN menjadi terhambat dan terancam gagal. Perluasan
taman nasional ini sangat diperlukan untuk memberi ruang hidup yang lebih baik
bagi satwa-satwa langka yang dilin-dungi (khususnya gajah sumatera) agar tidak
mengganggu manusia dan juga untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat
di sekitar taman nasional dengan pengembangan HTI.
Dalam
menjaga kelestarian TNTN dan meningkatkan perekonomian masyarakat taman
nasional maka diperlukan partisipasi penuh masyarakat untuk mengelolah taman
nasional dengan baik.
ISI DAN
PEMBAHASAN
Perambahan di kawasan
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) didorong oleh motif ekonomi yaitu pemenuhan
kebutuhan hidup dan jual beli lahan. Hilangnya akses masyarakat ke hutan sejak
terbentuknya TNTN menjadi beban sosial dan ekonomi yang berat bagi masyarakat
yang sangat tergantung dari hutan di sekitar-nya. Hutan telah dianggap sebagai
bagian dari kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya mereka.
Persepsi masyarakat
dekitar taman nasional terhadap keberadaan TNTN cenderung negatif karena mereka
belum memperoleh kompensasi apapun atas hilangnya akses mereka terhadap hutan
dan sumber perekonomian. Kondisi ini semakin bertambah berat dengan belum
teratasinya gangguan gajah dari TNTN terhadap lahan mereka. Persepsi negatif
dari masyarakat terhadap keberadaan TNTN menjadikan partisipasi mereka
cenderung negatif yaitu terjadinya perambahan.
Dalam upaya
pengelolaan TNTN yang partispatif perlu mengakses kembali aspirasi dan
keinginan masyarakat yang telah mengalami perubahan sosial, ekonomi, dan budaya
sejak terbentuknya TNTN. Kompensasi diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan ekonomi
dan sosial masyarakat.
Partisipasi-partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebagai berikut:
1.
Adanya
kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat. Kegiatan ini
dilakukan pada zona pemanfaatan tradisional (ZPT).
2.
Adanya
masyarakat yang menjadi staf taman nasional.
3.
Peningkatan
potensi wisata alam berbasis ekowisata sehingga terdapat pelibatan aktif
masyarakat dalam pengelolaan TNTN sekaligus mengangkat taraf kesejahteraan
mereka.
4.
Pada
tahun 2004 terbentuknya forum masyarakat tesso nilo (FMTN) yang merupakan
perwakilan dari 22 desa disekitar TNTN. Forum ini menggali dukungan masyarakat
dalam upaya konservasi di TNTN dan dan penanganan perambahan di TNTN.
5.
Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan dan pemasaran madu Tesso Nilo, dan pengembangan
ikan keramba sungai.
6.
Ikut
sertanya masyarakat dalam patrol keamanan TNTN dari kegiatan pembalakan liar.
7.
Keikutsertaan
masyarakat dalam tim flying squad. Tim yang bertugas untuk mengawasi gajah agar
tidak masuk ke lahan atau pemukiman masyarakat.
KESIMPULAN
Dengan demikian,
upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi pembalakan liar dan perambahan lahan
pada Taman Nasional Tesso Nilo adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan
Taman Nasional dengan bentuk partisipasi aktif. Karena pembalakan liar dan
perambahan ini dilakuakan masyarakat dengan motif ekonomi. Dengan adanya
pastisipasi aktif masyarakat, maka kebutuhan ekonomi masyarakat dapat terpenuhi
serta kelestarian Taman Nasional Tesso Nilo dapat terjaga
DAFTAR PUSTAKA
Budi, S.
2003. Hutan Tesso Nilo antara Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Gajah.
[terhubung berkala]. http :// www.sinarharapan.co.id/. (12 Desember 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar